Digitalisasi Jadi Pertumbuhan Ekonomi Unggul Berkelanjutan ASEAN

sekitarjambi.com – Kawasan Asia Tenggara yang dikenal sebagai Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini dinilai memiliki modal cukup mumpuni sebagai bakal pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$ 3,36 triliun pada 2021, ASEAN menjadi kawasan ekonomi terbesar kelima di dunia.

Ekonomi ASEAN bahkan diprediksi mencatat pertumbuhan 4,5 persen tahun ini atau lebih tinggi dari pertumbuhan global. Hal ini menunjukkan ekonomi ASEAN mampu bertahan di tengah guncangan global dan berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN juga dinilai dapat berlanjut dan meningkat setiap tahunnya. Terutama, jika didukung oleh kegiatan perdagangan, konsumsi, maupun investasi yang terbuka dengan negara lain.

Indonesia melalui keketuaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN pun menekankan pentingnya nilai “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang juga menjadi tema KTT kali ini. ASEAN Matters bermakna kuat untuk secara bersama menyongsong pertumbuhan dari kawasan yang krusial sebagai pusat pertumbuhan dan ketahanan ekonomi global.

Sementara itu, Indonesia telah menyiapkan strategi untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan memperkuat daya saing dalam mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Antara lain melalui transformasi digital dengan memperluas transaksi mata uang lokal dan Quick Response Code Indonesian Standard serta melakukan percepatan perundingan Digital Economic Framework Agreement (DEFA).

Selanjutnya, memperkuat konektivitas udara dan laut demi mendorong terwujudnya ASEAN Power Grid serta dan meningkatkan keamanan pangan melalui penguatan rantai pasok dan sistem logistik ASEAN.

“Ke depan, ASEAN perlu lebih memupuk kolaborasi secara konkret agar ASEAN betul-betul dapat menjadi satu komunitas yang kuat. Dalam pepatah Papua, sebatang lidi tidak mampu membersihkan kotoran, tetapi dengan seikat lidi jangankan daun, batu pun dapat digeserkan. Saya menginginkan ASEAN yang lebih kuat. Kita boleh berkompetisi, tapi kita juga harus berkolaborasi,” ungkap Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, dikutip dari keterangan tertulis belum lama ini.

Langkah-langkah serupa juga disiapkan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia melalui Priority Economic Deliverables (PED). Tiga PED di bawah kerangka kerja sama sektor keuangan ini salah satunya adalah memajukan konektivitas pembayaran, mendorong literasi, dan inklusi keuangan digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa Bank Sentral ASEAN memiliki komitmen dan memberikan dukungan sepenuhnya dalam mewujudkan integrasi kawasan ASEAN melalui inisiatif Local Currency Transaction (LCT) dan Regional Payment Connectivity (RPC).

“Kedua inisiatif tersebut juga telah dituangkan sebagai bagian dari kesepakatan Leaders Declaration pada ASEAN Summit Mei 2023 di Labuan Bajo, dan sudah mulai memasuki tahapan implementasi,” ujarnya.

Menurutnya, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN pun telah menyetujui High Level Principle mengenai Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal ASEAN. Di samping itu mendorong dan mempromosikan perluasan konektivitas pembayaran regional (RPC) di kawasan ASEAN.

“Keketuaan tahun ini menandai upaya ASEAN di jalur keuangan untuk meningkatkan kolaborasi dengan badan-badan sektoral lainnya dalam forum ASEAN. Inisiatif ini penting dalam mengatasi tantangan global dan regional yang muncul melalui upaya bersama melalui pendekatan lintas sektoral,” ujar Perry.

Peran sektor keuangan menjadi salah satu kunci ketahanan ekonomi ASEAN. Hal ini pun telah dilakukan oleh United Overseas Bank (UOB) sebagai salah satu bank di kawasan ASEAN yang terus mendukung adanya peluang di regional ini, khususnya di Indonesia.

Indonesia memiliki posisi signifikan di ASEAN dengan PDB mencapai triliunan dolar sehingga dapat menghadirkan prospek kerja sama dan perdagangan yang luas di kawasan ini.

UOB membangun integrasi ekonomi di negara kawasan dengan menghadirkan solusi digital secara end-to-end dan membantu proses bisnis dengan layanan UOB Infinity. Melalui layanan digital ini, UOB memberikan kemudahan dengan menghubungkan antara buyer, supplier, dan distributor dalam menawarkan solusi pembiayaan. UOB pun berinovasi dan melakukan transformasi digital untuk melayani wholesale market, termasuk UMKM melalui UOB Infinity.

Transformasi ini dilakukan menyambut era Bank 4.0 dan menjawab kebutuhan nasabah yang membutuhkan akses perbankan yang mudah diakses tanpa kunjungan fisik. UOB Infinity adalah sebuah platform di mana bisnis mendapatkan berbagai solusi termasuk Cash Management, Financial Supply Chain Management dan Trade Services. (AD)

Bagikan