Waspada! Kasus Pneumonia Masuki Wilayah Indonesia

sekitarjambi.com – Kasus bakteri mycoplasma pneumoniae (pneumonia) yang tengah mewabah di China dan Singapura, kini dikabarkan sudah masuk ke Indonesia.
Melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (KEMENKES) RI, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa laporan tersebut diterima melalui Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Saat ini, pemerintah tengah memverifikasi jumlah kasus tersebut.
“Sudah ada laporan, tapi baru lisan dari DKI Jakarta. Dan hari ini akan diverifikasi oleh DINKES DKI Jakarta sekaligus melakukan pemeriksaan epidemiologi,” ujar Nadia, Selasa (5/12/2023).
Nadia menuturkan bahwa gejala yang dialami pasien terinfeksi pneumonia adalah sesak napas, disertai demam dan flu.
“Kan ini infeksi saluran napas, dan gejala utama pneumonia adalah sesak. (Tapi kalau gejala apa saja yang dialami pasien disini) belum ada yang dilaporkan. Kita tunggu,” tuturnya.
Kendati demikian, Nadia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir. Sebab, penyebab pneumonia bukan bakteri atau virus baru seperti COVID-19 maupun ebola. Karena bukan bakteri dan virus baru, cara mendeteksi dan obat penangkalnya sudah ada.
“Pneumonia mycoplasma bukan penyakit baru seperti COVID-19. Penyakit ini (sebelumnya) sudah ada. Dan sudah ada obatnya,” ungkap Nadia.
Terpisah, Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (DINKES) DKI Jakarta, Ngabila Salama mengungkapkan ada peningkatan kasus pneumonia di Indonesia.
Tren kenaikan pneumonia pada anak di Jakarta disebabkan oleh virus, terbanyak Respiratory Syncytial Virus/RSV, influenzae, Covid-19, adenovirus, rinovirus, dan parainfluenzae. Dimana musim hujan turut berpengaruh pada kenaikan kasus.
“Imunitas manusia cenderung menurun dan faktor kelembaban membuat kuman seperti virus, bakteri, jamur, dan lain-lain masuk ke tubuh manusia,” ungkap Ngabila.
Ngabila mengimbau masyarakat untuk mencegah dengan dua cara, yaitu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan imunisasi rutin lengkap pada anak. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan dengan memakai masker di keramaian, terutama pada anak yang sakit atau sebaiknya tidak keluar rumah. Lalu, rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga ventilasi udara, dan menghindari asap rokok.
Sebelumnya diberitakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan kasus pneumonia yang menyerang anak-anak di China Utara.
Pasien menunjukkan gejala pneumonia seperti demam, kelelahan, dan batuk. Hingga saat ini belum ada kasus kematian yang dilaporkan.
Berdasarkan Komisi Kesehatan Nasional China, kenaikan kasus disebabkan oleh beberapa patogen saluran pernapasan seperti bakteri Mycoplasma pneumonia, virus influenza, dan infeksi respiratory syncytial virus (RSV) serta adenovirus. Sejauh ini belum ditemukan patogen baru yang bisa menyebabkan pneumonia pada anak.
Adapun sebagai bentuk kesiapsiagaan Pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi penularan pneumonia, KEMENKES RI memberi tanggapan dengan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit KEMENKES RI, Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa penerbitan surat edaran bertujuan mengantisipasi penyebaran pneumonia di Indonesia.
Melalui surat edaran tersebut, KEMENKES RI meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus yang dicurigai pneumonia.
Ia juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit. (Iz)