Tiba di Debarkasi Haji Antara Provinsi Jambi, Jemaah KLOTER BTH 16 Ungkap Makna dan Pengalaman Beribadah

sekitarjambi.com – Bagi para jemaah haji, kepulangan ke Tanah Air menjadi moment yang ditunggu untuk segera berkumpul bersama sanak keluarga, sembari bercerita pengalaman ketika beribadah di Tanah Suci. Singkatnya “sebuah perjalanan penuh makna dan pengalaman mendalam” itulah salah satu diantara cerita yang didengar ketika seseorang kembali datang dari beribadah haji.
Pada kedatangan di Debarkasi Haji Antara (DHA) Provinsi Jambi, raut wajah para jemaah haji pun tampak memberikan sinyal berbagai cerita. Tidak terkecuali bagi para jemaah Kelompok Terbang (KLOTER) BTH 16 yang tiba di Aula Asrama DHA Provinsi Jambi pada Senin, 30 Juni 2025.

Jemaah haji KLOTER BTH 16 asal Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Hj. Paramita Uky Agustina, menuturkan bahwa keberangkatan dirinya seorang diri ke Tanah Suci karena pelimpahan porsi dari sang ibu yang meninggal dunia di tahun 2020, dengan sebelumnya melakukan pendaftaran pada tahun 2012. Bagi Hj. Paramita Uky Agustina, berdesak-desakan ketika beribadah di Masjidil Haram bersama umat muslim dari berbagai penjuru dunia merupakan perjuangan yang luar biasa.
“Pengalaman yang saya dapatkan banyak sekali. Ketika kita berdesak-berdesakan untuk pergi shalat di Masjidil Haram, kemudian kita melihat semua orang dari seluruh belahan dunia bersatu untuk bisa beribadah bersama-sama disana. Dengan perjuangan yang luar biasa berjalan kaki ketika melaksanakan umrah, tawaf, sa’i, itu luar biasa sekali. Jadi semuanya bersemangat,” ujarnya.
Diceritakan pula bahwa pada puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (ARMUZNA), dirinya mendapat pengalaman kehidupan berharga, mulai dari kesabaran hingga mengontrol emosi. Di Kota Madinah pun Hj. Paramita Uky Agustina mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh ketenangan dan kedamaian. Dirinya berharap para generasi muda dapat segera mendaftar hingga beribadah haji, dengan kondisi fisik yang masih prima.
“Begitu juga ketika puncak ibadah haji di ARMUZNA, Arafah, Muzdalifah, Mina itu semuanya luar biasa. Disitu memang diuji kesabaran kita, mental kita, emosi kita, tapi disitulah kita merasakan, oh kita ini tidak ada artinya apa-apa. Dengan pengalaman yang luar biasa itu, ketika pulang kesini berharap kehidupan kita lebih baik lagi. Kemudian ketika kita pindah ke Madinah kita merasakan suasana Kota Madinah yang luar biasa sejuk, damai, tenang. Disitu kita juga memiliki pengalaman luar biasa, begitu waktu shalat, ribuan bahkan mungkin jutaan (umat) semua datang, begitu adzan mereka datang. Jadi itu luar biasa sekali dan tidak akan terganti oleh apapun,” ungkapnya.
“Alhamdulillah, jadi saran saya kalau bisa mendaftar haji di usia muda, sebaiknya segeralah. Jangan ditunda lagi, karena memang luar biasa haji itu ibadah fisik. Jadi kalau bisa mendaftarlah di usia muda dan berhajilah di usia muda,” lanjutnya.

Jemaah haji KLOTER BTH 16 asal Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, H. Sanusi Selamat Ahmad, menceritakan bahwa keberangkatan dirinya untuk beribadah haji di Tanah Suci bersama anggota keluarga dengan jumlah 10 orang. Dengan selesainya rangkaian ibadah haji yang sudah dikerjakan, ia berharap ridho Allah SWT dan menjadi haji yang mabrur. Di Kota Suci Mekkah dan Madinah, ia menuturkan bahwa ibadah yang dilaksanakan berjalan dengan lancar.
“Hal-hal yang menyentuh di hati kami selama melaksanakan ibadah haji di Kota Suci Mekkah maupun Madinah yang pertama Kota Mekah adalah kota suci tempat orang berkumpul seluruh umat Islam dan untuk melaksanakan ibadah haji. Pengalaman ibadah yang sangat berharga itu waktu saya melaksanakan tawaf yang pertama kali tawaf umroh, itu pertama sekali melihat Ka’bah, air mata kami mengucur melihat keajaiban Allah SWT, yang selama ini cuma kita lihat di gambar-gambar di TV,” ujarnya.
H. Sanusi Selamat Ahmad mengungkapkan bahwa dirinya sangat tersentuh ketika menyaksikan umat Islam berkumpul di Tanah Suci, dengan tujuan menunaikan rukun Islam kelima. Beribadah haji di Tanah Suci, ia pun mendapatkan pembelajaran bahwa hidup harus saling berbagi melalui sedekah.
“Yang menyentuh di hati kami untuk melihat umat Islam berkumpul seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah haji itu bermacam-macam negara dan bermacam-macam umat untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima. Untuk pelajaran kehidupan yang pertama masalah sedekah. Disana saya sampai mengucurkan air mata, orang tidak hitung-hitungan dengan sedekah. Sedekah apapun tidak dihitung-hitung, yang menyentuh di hati saya dan saya sampai-sampai berniat pulang dari haji ini mungkin harta saya ini mau saya sedekahkan juga,” ungkapnya.

Sementara itu, jemaah haji KLOTER BTH 16 atas nama H. Misbahuddin Abdurrahman, menuturkan bahwa beribadah di Tanah Suci, Masjid Nabawi di Kota Madinah adalah tempat yang membuat dirinya merasa tenang dan nyaman. Diungkapkannya bahwa waktu untuk beribadah shalat adalah magnet antusiasme para jemaah untuk memenuhi Masjid Nabawi.
“Yang paling berharga tentunya di Masjid Nabawi. Di Masjid Nabawi itu suasananya lebih tenang, lebih nyaman. Di Masjid Nabawi itu lebih tenang, tidak ada yang suaranya keras. Karena ada hadis katakan jangan meninggikan suaramu di atas suara Nabi, maka di Masjid Nabawi itu lebih nyaman beribadahnya. Yang paling diingat antusiasmenya ketika shalat lima waktu, semuanya itu berangkat shalat berjemaah di masjid,” ujarnya. (Iz)