Webinar Literasi Digital Kota Jambi Hadirkan Semangat “Jaga Dunia Digital, Demi Keutuhan Persaudaraan”
sekitarjambi.com – Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kota Jambi terus bergulir. Pada Rabu, 13 Oktober 2021 mulai pukul 09.00 WIB, dilangsungkan webinar bertajuk “Jaga Dunia Digital, Demi Keutuhan Persaudaraan”.
Kegiatan masif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian KOMINFO RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Pada webinar yang dihadiri 119 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber berkompeten dalam bidangnya, yakni Dr. Gushevinalti, M.Si. selaku Dosen Ilmu Komunikasi dan Penggiat Literasi Digital, Masrizal Umar, S.T. selaku Chief Marketing Officer PT. Spirit Inti Abadi, Ariyandi Batu Bara, S.Ud., M.Ud selaku DLB Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, dan Riski Puspita Lestari, S.IP., M.IP selaku Dosen Ilmu Pemerintahan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pegiat media sosial yang juga merupakan pembawa berita TvOne, dosen, dan moderator, @chachaannissa bertindak sebagai Key Opinion Leader dan memberikan pengalamannya.
Pada sesi pertama, Gushevinalti mengatakan, Netizen Indonesia dinilai paling julid, dalam survey digital cavity index (DCI).
“Untuk mengukur tingkat kesopanan digital global, Indonesia menduduki peringkat paling bawah di kawasan Asia Tenggara, dari total 32 negara yang disurvey, Indonesia menduduki urutan ke-29,” ujarnya.
Giliran pembicara kedua, Masrizal Umar menuturkan, jejak digital dapat dinilai sebagai bom ranjau yang tertanam di dalam jejak penggunanya.
“Kemungkinan berisiko meledak suatu saat jika ada pihak-pihak tertentu yang mengincar pemiliknya sebagai target,” ujarnya.
Tampil sebagai pembicara ketiga, Ariyandi Batu Bara menjelaskan, dalam berjejaring sosial yang harus dilakukan adalah kata-kata yang sopan, responsif, toleran, faktual, apresiasi copyright, dan proporsional.
Pembicara keempat, Riski Puspita Lestari menegaskan, budaya dan etika masyarakat Indonesia di dunia nyata, serta budaya dan etika masyarakat Indonesia di dunia digital harus memiliki nilai yang sama, yaitu sopan dan ramah.
“Sekarang ini kita harus bijak dalam melihat bahwa budaya ini, ada beragam bahkan pemahaman atau pandangan tentang budaya luar memang tidak semua bisa kita adopsi, jadi kita harus pintar untuk memfilter,” ujar @chachaannissa sebagai key opinion leader.
Pada webinar kali ini, para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.
Adifa Ayra Putri salah seorang peserta menanyakan “Bagaimanakah kita dapat memaksimalkan kegunaan internet sekaligus meminimalkan potensi dampak negatifnya?”. Pertanyaan kedua oleh peserta bernama Agus Ariyadi, yang menanyakan “Apa peran bagi mahasiswa memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini agar bisa bersaing dengan negara-negara lain sehingga karya anak bangsa dapat dilihat dan dapat digunakan oleh manca negara?”. Pertanyaan ketiga oleh Rupiah, “Apakah perlu ada tambahan kurikulum Literasi Digital (terutama Etika Digital) di sekolah atau universitas?” dan pertanyaan keempat oleh Nurmahalita, “Dalam sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, bagaimana membuat generasi muda lebih cakap digital secara adil sehingga bisa mengenalkan budaya Indonesia dengan membuat konten budaya yang inovatif sehingga ragam budaya Indonesia yang multikulturalisme dikenal baik oleh internasional?”.
Diketahui, webinar ini merupakan kegiatan ketiga puluh tiga, dari 37 kali webinar yang akan diselenggarakan di Kota Jambi. (Tim)