Penyakit Jantung Dominasi Penyebab Meninggalnya Jemaah Haji di Tanah Suci

sekitarjambi.com – Jeddah, Pusat Kesehatan Haji mencatatkan sebanyak 58 orang jemaah haji Indonesia meninggal dunia. Dari 58 orang tersebut, penyakit jantung mendominasi penyebab meninggalnya jemaah haji Indonesia pada kelompok usia di bawah 60 tahun, serta sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.

Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana. MARS, menjelaskan bahwa yang meninggal dunia didominasi pria, meskipun jemaah lebih banyak wanita. Selain itu dr. Budi juga menjelaskan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan jemaah haji.

Faktor pertama adalah adanya ancaman suhu dan kelembaban di Arab Saudi yang ditambah dengan aktivitas yang berlebihan selama menjalankan ibadah haji. Faktor kedua adalah adanya kerentanan kesehatan jemaah haji, dimana jemaah haji Indonesia didominasi oleh jemaah haji risiko tinggi karena faktor usia dan penyakit.

Selain itu, adanya kekambuhan penyakit yang dipicu oleh kelelahan dan kondisi fisik yang menurun. Faktor ketiga adalah kapasitas tenaga kesehatan, dimana antisipasi dan respon petugas kesehatan terhadap permasalahan kesehatan jemaah.

”Dengan berbagai cara, angka kematian bisa kita kendalikan, walaupun jemaah lansia, walaupun jemaah punya komorbid, tapi bisa kita kendalikan,” terang dr. Budi.

Masih dengan dr. Budi, kerentanan kesehatan jemaah dapat diantisipasi melalui penguatan promosi kesehatan. Berbagai upaya promosi kesehatan dilakukan tim, mulai dari kampanye #jangantungguhaus dari awal sebelum keberangkatan jemaah haji.

Selain itu juga seruan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri, terutama saat keluar pondokan dan beribadah. Selain itu juga adanya kampanye untuk minum obat teratur bagi jemaah haji risiko tinggi dan memiliki komorbid.

”Untuk menjaga jemaah tetap sehat dan mencegah atau memperburuk kekambuhan,” ujarnya.

Sedangkan dari sisi kapasitas tenaga kesehatan, dilakukan melalui penguatan formasi 30, dimana setiap 30 jemaah paling risiko tinggi di masing-masing kelompok terbang harus selalu didampingi oleh Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kelompok terbang. Ada juga screening atau pemeriksaan ulang serta kontrol rutin bagi jemaah haji risiko tinggi di tiap-tiap kelompok terbang.

Pihaknya juga meminta agar kerja sama yang baik dapat terus terjalin, sehingga angka kesakitan dan kematian jemaah dapat terus terjaga.

”Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini sesuai dengan yang kami prediksikan. Mudah-mudahan dengan kerja sama berbagai pihak angka 1 per mil bisa kita jaga,” kata dr. Budi.

Dilansir dari kemkes.go.id, pihaknya juga mengusulkan untuk rekomendasi kebijakan haji di tahun mendatang, perlu adanya rekomendasi dari Tenaga Kesehatan haji (TKH) kelompok terbang bagi jemaah yang akan menjalankan ibadah sunah.

“Jika dimungkinkan ke depannya, untuk ritual ibadah sunah, para KBIH membawa jemaah berkonsultasi dulu ke dokter kelompok terbang untuk mendapatkan izin. Sehingga betul-betul jemaah sehat yang bisa lakukan ibadah sunnah,” ujar dr. Budi.

Zainal Muttaqin selaku Pembimbing Ibadah kelompok terbang BTH 10 Provinsi Jambi turut mengkonfirmasi para jemaah haji khususnya dari Provinsi Jambi tengah bersemangat melaksanakan ibadah yang bersifat sunah.

“Dalam satu Minggu ini jemaah dipersilahkan untuk umrah sunah, ziarah, dan agenda mandiri lainnya sampai H-3 ke Madinah. Artinya mulai Senin depan tanggal 25 Juli 2022, jemaah diharapkan untuk istirahat dari aktivitas yang berat,” tambahnya.

“Para jemaah kegiatannya melaksanakan umrah sunah bagi yang mau. Jemaah ada yang istirahat di hotel, ada yang ke Masjidil Haram juga, hari ini yang pasti kegiatannya beribadah,” ujar Rayhanil Jannah selaku Jemaah Haji Kelompok Terbang BTH 12 Provinsi Jambi. (Ut)

Bagikan