Kehabisan Logistik di Gunung Masurai, Tiga Mahasiswi UIN STS Jambi Selamat

sekitarjambi.com – Lembah Masurai Merangin, Tiga orang Mahasiswi MAPALA UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Rahayu, Romlah, dan Nuri, sempat dikabarkan hilang pada Selasa 16 Februari malam. Kabar menghilangnya 3 orang tersebut, dari 5 orang temannya, yang mengabarkan bahwa 3 orang temannya, berbeda arah jalan.

Hingga pada Rabu 17 Februari pagi, Tim SAR Gabungan dari basarnas, TNI-Polri, dan warga, langsung bergegas mencari korban.

Kepala Kantor SAR Jambi, Al-Hussain mengatakan, 3 orang tersebut tersesat karena turun dari gunung mendahului 5 orang temannya. 3 orang tersebut dikabarkan tidak membawa logistik yang lengkap, seperti cadangan makanan, pluit, dan tidak melapor ke posko sebelum melakukan pendakian. Beruntung, pada Rabu pagi, 3 orang Mahasiswi UIN tersebut ditemukan selamat oleh Tim SAR Gabungan.

“Para pendaki kami imbau untuk tidak menyepelekan persiapan dalam pendakian. Walaupun sudah dalam perjalanan turun dari gunung, kami minta tetap menyiapkan cadangan makanan. Selain itu, para pendaki harus menyiapkan pluit, untuk memberi tanda jika tersesat.” ujarnya.

Sementara, Ujang selaku Koordinator Pos SAR Kerinci menuturkan, Tim Pos SAR Kerinci mendapat laporan adanya tiga orang Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi oleh rekannya yang juga melakukan pendakian. Laporan tersebut disampaikan, setelah tiga rerkannya tersebut tidak kembali lagi ke Pos Gunung Masurai Desa Sungai Lalang.

“Setelah dilakukan pencarian, sekira pukul 10 pagi pada Rabu 17 Februari, tiga mahasiswi yang dinyatakan hilang tersebut berhasil ditemukan oleh warga. Rahayu, Romlah, dan Nuri ditemukan dalam keadaan selamat, bersama warga yang kebetulan tengah berada di hutan di Gunung Masurai.” ujarnya.

Berdasarkan keterangan yang didapat tim di lapangan, ketiga Mahasiswi UIN tersebut hilang, setelah salah jalur saat hendak kembali dari puncak menuju Desa Sungai Lalang. Mereka dapat selamat, ketika malam hari pada Selasa 16 Februari bertemu dengan warga setempat, dan sempat membuka camp kembali. Lantaran tidak memiliki cukup sinyal handphone, mereka tidak dapat menghubungi rekannya yang lain. (Dm/Rk)

Bagikan